Thursday, June 12, 2014

Review: 22 Jump Street (2014)


Tidak ada yang menyangka bahwa serial televisi yang sempat hit di akhir tahun 80'an, 21 Jump Street menjadi sebuah sleeper hit ketika diangkat menjadi sebuah film pada Februari 2 tahun yang lalu berkat penampilan duo kocak Channing Tatum dan Jonah Hill beserta guyonan-guyonan fresh mereka. 

"Yo Sleepy, wus up homie!, everyone saying that Sleepy he like the Mexican wolverine." Schmidt

Tidak hanya menjadi sebuah sleeper hit 21 Jump Street juga meraup untung besar kala itu sekaligus meraih banyak pujian dari para kritikus. Tentu saja Sony langsung memberikan lampu hijau untuk memproduksi sequelnya yang masih tetap digawangi duo sutradara Phil Lord dan Christopher Miller.

Jika film pertama mengharuskan Schmidt dan Jenko untuk menyamar sebagai anak SMA guna menemukan jaringan pengedar narkoba bernama H.F.S (Holy Fucking Shit) kali ini setela mereka sudah 'lulus' dari masa-masa SMA, keduanya dipanggil Captain Dickson ke markas besar Jump Street yang pindah lokasi di seberang gereja yesus korea untuk menyamar kembali sebagai freshmen di salah satu universitas untuk menemukan pengedar obat W.H.Y.P.H.Y. (Work Hard? Yes! Play Hard? Yes!) yang menyebabkan satu mahasiswa tewas karena efek sampingnya.

"The Koreans bought the church back, so we had to move across the street to 22 Jump Street." Deputy Chief Hardy

Kekhawatiran sempat muncul karena jarang sekali sebuah sequel dapat melebihi kualitas predesornya. Yang terjadi pada 22 Jump Street adalah jarang karena ini benar benar lebih lucu dan meriah. Phil Lord dan Chris Miller masih melanjutkan tren positif mereka sejak membuat animasi Cloudy with a Chance of Meatball. Walaupun nyaris menggunakan plot yang sama mengenai bandar narkoba tetapi joke mereka terus berkembang mengikuti jaman dan pop culture. Dan twist kocak di pertengahan film itu sukses membuat satu studio pecah. I've never been cracking out loud at the cinema since The Hangover.

Belum lagi ini ditambah chemistry bromance antara Channing Tatum dan Jonah Hill yang sekali lagi benar-benar berseberangan secara sifat namun saling membutuhkan. Dukungan naskah yang mengembalikan Jenko ke habitat aslinya sebagai pemuda populer dan Schmidt yang culun menambah rumit hubungan mereka yang berhasil mereka mainkan dengan lucu.

"Do the same thing as last time!" begitu kata karakter yang diperankan Nick Offerman yang seolah menyindir studio-studio besar dalam menggarap sekuel yang dipaksa karena pendahulunya sukses besar. Tak hanya berhenti disitu, Phil Lord dan Chris Miller juga menyiapkan sebuah end credit dahsyat yang lebih keras mengolok-olok film mereka sendiri. Sebuah end credit yang ini tidak ingin kamu lewatkan. 22 Jump Street sudah mengamankan satu tempat dalam list terbaik saya tahun ini.

"We Jump Street, and we 'bout to jump in yo ass." Captain Dickson
"Right in the crack." Schmidt

No comments:

Post a Comment